Kamis, 10 Juli 2014

JALAN MENUJU TAKWA

slide show

Web Polling

Bagaimana Pendapat Anda Dengan Tampilan Web ini?

 Sangat Bagus
 Menarik
 Lumayan


Hasil Polling
Pilihan%Jumlah Pemilih
Sangat Bagus
 57.7%417
Menarik
 10.2%74
Lumayan
 32.1%232

Total: 723 pemilih


02 September 2010 Pukul 11:51

JALAN MENUJU TAQWA

Sumber : Harian Tribun Timur
Guru sufi sering mengibaratkan hati manusia itu laksana balon lampu (listrik). Balon itu akan selalu bersinar memancarkan cahaya terang kalau ia mendapat curahan cahaya dari cahaya Tuhan (nur ilahi). Curahan cahaya itu lewat kabel-kabel cinta dan pengabdian. Shalat yang khusyu’, doa-doa dan dzikir, tasbih, tahmid, takbir dan tahlil serta ibadah sosial akan menjadi aliran nur ilahi, seirama dengan detak jantung dan aliran darah dari dan kepada jantung atau hati. Orang yang tertutup hatinya karena dosa dan maksiat, dalam kehidupan sosial, akan pudar cahaya balonnya, dan lama kelamaan akan mati lampu, balonnya putus, tidak ada lagi hubungan dengan pusat cahaya yaitu nur ilahi.
Perilaku lahiriah orang yang ’putus balonnya’ seperti ini gampang terlihat dengan mata kepala. Karena mati lampu itu gelap, maka mata hatinya akan gelap, mata kepalanya pun menjadi gelap, sehingga ia susah membedakan yang haq dengan yang bathil, yang haram dan yang halal, baginya semua terlihat seperti sama atau samar, yang bersih dan yang kotor dicampur aduk, sensor pemisahnya menjadi tidak sensitif.
Dalam hadis disebutkan: inna al-mumina idza adznaba dzanban kaana nuktatan sawdaaa fii qalbihi, fa-in taaba wa nazagha wastataba shuqila qalbuhu, wa in zaada  zaadat hatta taluka qalbahu. (Sesungguhnya orang yang beriman itu, apabila melakukan suatu dosa, maka ternodai oleh noda hitam di dalam hatinya. Apabila dia bertaubat, berhenti dan meninggalkan (maksiat tersebut), maka hatinya akan cemerlang kembali. Apabila dia menambah (dosa itu), maka noda hitam itu akan bertambah sehingga menutupi hatinya (HR. Al-Nasa’i dan al-Tirmidzi, hadis Hasan Shahih).
Ibaratnya setiap kali kita melakukan dosa, maka akan tercetak noda hitam satu titik di hati, kalau dosa itu terus dilakukan maka titik hitam itu akan bertambah banyak, sehingga pada gilirannya hati itu akan tertutupi dengan titik-titik hitam. Tetapi kalau kita bertobat, hati akan bersih kembali. Dalam hadis disebutkan bahwa: bertakwalah kalian kepada Allah di mana pun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik(HR.Ahmad, Tirmidzi, dan al-Hakim). Jadi perbuatan baik yang mengikuti setiap perbuatan dosa akan mengahapuskannya, dosanya terhapus laksana terdelet.
 Noda inilah yang disebutkan oleh Allah dalam (QS. Al-Muthaffifin, 83: 15) ”Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”
Jadi dosa ditandai dengan titik hitam di hati; tambah banyak dosa tambah penuh titik-titik hitam di hati. Seandainya dosa itu dibalas dengan bisul kecil, satu dosa balasannya satu bisul kecil di tubuh, maka mungkin tidak terlalu lama tubuh kita akan penuh dengan bisul-bisul kecil. Mungkin akan menakutkan, membuat malu, karena terlihat oleh orang lain. Orang yang banyak dosanya, pasti akan banyak pula bisul menutupi tubuhnya. Untungnya bukan bisul !
Untuk menuju takwa, kesucian hati, langkah berikut perlu diamalkan, yaitu: taubat, muraqabah, muhasabah, dan mujahadah. Taubat artinya kembali ke posisi normal; kalau ada dosa segera ingat Tuhan, minta ampun kepadanya, dan jangan ulangi berbuat dosa itu lagi. Muraqabah, artinya selalu merasa di bawah pengawasan Tuhan kapan dan di mana pun kita berada. Di tempat ramai atau di tempat sepi, di siang bolong atau di malam kelam, kita tetap berada di dalam pengawasan Tuhan. Muhasabah, artinya menghitung-hitung besar mana pahala atau dosa kita. Kalau masih lebih besar dosa, segeralah bertobat. Mujahadah, artinya perang terhadap hawa nafsu. Salah satu tujuan utama puasa adalah agar kita terbiasa mampu mengendalikan hawa nafsu dalam situasi dan kondisi apapun. Nafsu menurut tabiatnya selalu condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, senantiasa mengajak kepada kejelekan. Firman Tuhan: ”Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (QS. Yusuf, 12: 53).
Godaan nafsu terkadang tidak pilih orang, nabi sekalipun masih digoda, seperti godaan Sulaeha ke Nabi Yusuf, godaan setan ke Nabi Ibrahim. Pokoknya kita semua bisa tergoda oleh hawa nafsu/setan. Yang masih lemah imannya prajuritnya setan yang menggoda, yang kuat imannya jenderalnya setan juga yang menggoda.
Wa Allahu alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar